Friday, May 24, 2013

Maka dia solat


 
Sendiri, namun kayakan jiwamu dengan kehadiran Allah dalam hati.
(picture by Chris Bowley, flickr.com)



“Seharusnya dia beroleh istirahat di malam hari. Siang demi siang terasa panjang, melelahkan, dan menyesakkan dada. Ke sana ke mari dia susuri Makkah dari hujung ke hujung yang satu, berbisik dan berseru. Dia ajak satu orang demi satu, kabilah suku demi suku, untuk mengimani risalah yang diamanahkan kepadanya.

Dia kadang terlihat di puncak Shafa, membacakan ayat-ayat yang di balas caci maki dan hinaan menjijikkan dari pamannya sendiri. Dia kadang harus pergi, meninggalkan satu kaum dengan dilempari batu dan kotoran sambil diteriaki gila, dukun, penyihir, dan penyair ingusan. Dia kadang sujud di depan Kaabah, lalu seseorang akan menuangkan setimba isi perut unta ke kepalanya, atau menjeratkan seledang ke leher di saat ruku’nya. Dia kadang harus menangis dan mengumamkan ketakberdayaan melihat sahabat-sahabatnya yang lemah dan terbudak disiksa di depan matanya. Kejam dan keji.

Dia sangat lelah. Jiwa mahupun raga. Dia sangat payah. Lahir mahupun batin. Tenaganya terkuras. Luar mahupun dalam. Seharusnya dia beroleh istirahat di malam hari, meski gulana tetap menghantuinya. Tetapi saat Khadijah membentangkan selimut untuknya dan dia mulai terlelap dalam hangat, sebuah panggilan langit justru memaksanya terjaga.

Hai orang yang berselimut! Bangunlah di malam hari kecuali sedikit.
 Separuhnya, atau kurangilah yang separuh itu sedikit. Atau tambahlah atasnya, dan bacalah Al-Quran dengan tartil
(Surah Al-Muzammil, 73:1-4)

Untuk apa?

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat
(Surah Al-Muzammil, 73:5)

Seberat apa?

Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, 
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah berantakan 
disebabkan takut kepada Allah
(Surah Al-Hasyr, 59:21)

Itu kalimat yang berat. Itu beban yang berat. Beban yang gunung-gunung tak sanggup menanggung. Beban yang dihindari oleh langit dan bumi. Dan Muhammad harus menerimanya. Dia harus menanggungnya. Maka hatinya harus lebih kokoh dari gunung. Maka jiwanya harus lebih perkasa daripada bumi. Maka dadanya harus lebih lapang daripada lautan. Karena itu dia harus bangun di waktu malam untuk menghubungkan diri dengan sumber kekuatan yang Maha Perkasa.

Maka Sang Nabi pun bangkit. Dia shalat.”

Buku berkulit hitam itu ditutup seketika. Matanya dipejam erat, menjatuhkan genangan air  yang dari tadi hadir di kolam mata. Sirah Rasul yang tercinta sekali lagi meruntun jiwanya. Baginda Nabi yang maksum lagi mulia, turut berusaha untuk membina kekuatan ruhnya pada Allah yang Esa untuk berdepan dengan segala kesulitan yang diberi oleh kaumnya. Baginda Nabi itu, sangat yakin bahawa setiap pertolongan daripada Allah itu perlu ada pembersihan jiwa yang bermula dari dalam dirinya sendiri.

Maka baginda bangkit, mengetuk pintu langit melalui tahajudnya. Menyeru Dzat kuasa melalui rintihan suaranya.

“Maka begitulah seharusnya kita.”

Kata-kata murabbinya terngiang kembali di telinga. Perkongsian di awal pagi beberapa tahun yang lalu itu cukup menyentuh hatinya. Sering kali saat dia mengambil keputusan untuk lari daripada masalah yang sedang menyesak dada, murabbi ini pasti hadir bersama topik diskusi yang bertepatan dengan kesulitannya.

“Akhlak Rasulullah SAW yang sabar dan bersungguh dalam berdoa tatkala menghadapi cabaran-cabaran yang sedang dilaluinya ini, bertepatan dengan saranan Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 45 dan 46,

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. 
Dan solat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. 
(Iaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, 
dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya."

Rasulullah SAW dan para sahabat merupakan golongan yang pertama-tama sekali beriman kepada Allah SWT. Mereka yakin bahawa there is no God worthy of worship except Allah, and Prophet Muhammad SAW is His Messenger. Keyakinan ini mereka bawa ke mana-mana mereka pergi. Keyakinan ini mereka bawa saat berdepan dengan kafir Quraisy. Dan dengan keyakinan ini jugalah, mereka istiqamah dengan solat dan terus bertahan dengan rasa sabar.”

Subhanallah.

Awal pagi pada hari yang baru, dia bangkit dan memulakan harinya dengan sujud kepada Allah yang telah menghidupkannya kembali. Dia ingin menghayati solat malam yang menjadi sumber kekuatan baginda Rasulullah SAW sejak mula baginda berdakwah. Dia menadah kedua tangan, meneruskan munajat kepada Allah yang Maha Mengetahui segala isi hatinya.

‘Ya Allah, berat sungguh  amanah yang Engkau perintahkan pada baginda. Namun begitu baginda tetap dengan usahanya. Tetap dengan iltizamnya hingga hari ini aku dapat mengenalMu ya Allah dengan penuh rasa cinta.

Ya Allah, sesungguhnya nikmat Iman dan Islam yang ku kecapi pada hari ini, bermula dengan kudrat susuk tubuh utusanMu yang sangat kasih pada kami umat yang terakhir. Andai pernah baginda mengungkap lelah, pasti Islam tidak akan tertulis dalam lipatan sejarah dan tidak dihirau oleh masyarakat kemudiannya, yakni kami sendiri.

Ya Allah, jadikanlah kami hambaMu yang sentiasa istiqamah dalam menunaikan ketaatan kepadaMu. Ingatkanlah kami di saat kami lalai, dan kuatkanlah kami di saat kami lemah. Jangan Engkau biarkan nasib kami ditentukan oleh diri kami sendiri, walau kadar sekelip mata atau yang lebih singkat daripada itu. Sesungguhnya Engkaulah punca kekuatan kami, wahai Tuhan yang menguasai segala sesuatu.

Selawat dan salam ke atas baginda Nabi Muhammad SAW dan ucapan salam ke atas kaum keluarga baginda, dan segala puji kepada Engkau Tuhan sekalian alam’.




“Katakanlah (wahai Muhammad), sekiranya kamu mencintai Allah,
 maka ikutilah aku. Nescaya Allah akan mencintaimu dan mengampunkan segala dosa-dosamu. Dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(Ali-Imran, 3:31)

Sunday, May 19, 2013

Tentang hati


Al-Qalbu, 
Tak terlihat di mata namun kewujudannya terasa.
Kondisinya perlu sentiasa dipelihara sehingga ada yang berkata bahawa amal hati lebih utama daripada amal anggota.

Ibnu Qayyim pernah mengupas kondisi hati manusia bersama rawatannya bagi setiap keadaan tersebut:
1. Dalam hati manusia terdapat kekuatan, tidak akan terurai kecuali menerima kehendak Allah.
2. Dalam hati terdapat keganasan, tidak akan hilang kecuali apabila berjinak dengan Allah.
3. Dalam hati terdapat kesedihan, akan terlerai dengan menyukai dan berhubung baik dengan Allah.
4. Dalam hati terdapat kegelisahan, akan menjadi damai apabila berjumpa denganNya, dan berlari mendapatkan Allah.
5. Dalam hati terdapat api penyesalan, akan terpadam dengan redha pada suruhan, larangan, qada' dan sentiasa bersabar sehingga menemui Allah.
6. Dalam hati terdapat hajat, tidak akan terbendung kecuali dengan kecintaan kepada Allah, memohon kepadaNya, ikhlas dan sentisa berzikir kepadaNya. 

Kesimpulannya, inilah hati yang Rasulullah SAW pernah mengingatkan kita supaya menjaga kondisinya agar sentiasa berada dalam keadaan yang baik, kerana kondisi hati yang baik akan 'membaikkan' keseluruhan jasadnya. Jika buruk kondisinya, maka buruklah keseluruhan jasadnya.

So, jom jaga hati ^__^


        ******************************************************************************************
"Wahai Tuhan yang membolak balikkan hati, 
Tetapkanlah hati kami di dalam agamaMu 
di dalam ketaatan kepada perintahMu.."

'Sesiapa memuliakan orang yang mengagungkan Allah, 
sesungguhnya dia mengagungkan Allah.
Sesiapa mencintai orang yang mencintai Allah, 
sesungguhnya dia mencintai Allah.'


12th May 2013, 2nd Rejab 1434

Wednesday, May 15, 2013

Al-Nakba

15th May 1948
-
15th May 2013

[65 years of being denied from home]

The catastrophe, or in Arabic it is called as Al-Nakba, will never be forgotten by all until the citizen of Palestine who have been denied from their land are able to return. Another year being a refugee would mark another scar in their heart. The expulsion, ethnic cleansing, torture, massacre, are parts of Zionist routine that had left the Palestinians physically and psychologically damages. 

Until now, the political world map still being printed without Palestine on the draft. 

But they should remember that in the heart of all Muslims,
of all people who against the occupation, 
of all activists that keep fighting for their justice, 
Palestine would always being printed on our own world view.
Palestine would always be acknowledge and regarded as it should be.

The Zionist should know, 
or in fact they already knew
Palestinians are totally the diamond of the ummah!
Their perseverance are tougher than this hardest metal in the world
Because they have Allah, the One and The Only,
 the Source of Strength and Mercy.





[Picture by Fatin Al-Tamimi. It was taken during 'Moving Gallery' event held by the Ireland Palestine Solidarity Campaign(IPSC) in Dublin. They walked from St.Stephen Green to the Spire at O'Connell Street to tell others about the Nakba day]





p/s: Missing Dublin.. I did enjoy talking to the human right activists about Palestine, and was so amazed on the details that they know about this Holy Land although they're not a Muslim. I didn't mean that being a non Muslim, you don't have to give your concern about Palestine but actually by being a Muslim-we should be more aware about it. Shame on you and me, o' ignorant Muslim!